Budaya Pulang Mudik dan Dampak
Positifnya
Fenomena pulang kampung (mudik) pada saat Idul
Fitri telah menjadi peristiwa budaya dan keagamaan yang sangat semarak. Besarnya
jumlah pemudik yang puncaknya diperkirakan dua-tiga hari menjelang Idul Fitri,
telah menimbulkan permasalahan yang tidak mudah dipecahkan. Karena dalam waktu
yang hampir bersamaan puluhan juta orang melakukan perjalanan mudik, melalui
darat dengan kendaraan sepeda motor, mobil, kendaraan umum (bus) dan kereta
api, serta udara dengan pesawat terbang, dan laut dengan kapal laut.
Permasalahan yang ditimbulkan dari mudik antara lain:
Pertama, banyak kecelakaan lalulintas. Dari tahun
ke tahun, terus meningkat angka kecelakaan. Tahun ini H-9 dan H-8 (Sabtu 11/8
dan Minggu 12/8), menurut Data Kepolisian Republik Indonesia telah meninggal
sebanyak 88 orang. Kecelakaan paling banyak ialah pengendara sepeda motor.
Faktor kecelakaan banyak disebabkan oleh faktor manusia, kendaraan, jalan raya,
dan cuaca. Walaupun angka kecelakaan tinggi, para pemudik tidak takut dengan
bahaya yang mengancam.
Kedua, berutang dan menggadaikan barang demi
mendapatkan uang untuk biaya mudik. Ini merupakan permasalahan dan tantangan
yang setiap tahun dijalani sebagian pemudik. Demi mudik ke kampung halaman,
mereka berutang dan menggadaikan barang.
Ketiga, biaya perjalanan meningkat berlipat kali,
karena semua moda transportasi menaikkan biaya menjelang dan sesudah lebaran
Idul Fitri. Karena itu para mudik sebagian besar menggunakan kendaraan sepeda
motor, walaupun tingkat kecelakaan sangat tinggi dari tahun ke tahun.
Tujuan Mudik
Beratnya tantangan yang dihadapi para pemudik,
tidak pernah menyurutkan niat dan kemauan mudik ke kampung halaman. Paling
tidak ada lima alasan yang menjadi tujuan para pemudik pulang kampung.
Pertama,
dorongan keagamaan yang telah menjadi budaya. Begitu kuat tarikan keagamaan
yang telah menjadi budaya, karena Islam mengajarkan bahwa mereka yang sudah
berpuasa akan diampuni dosa-dosanya. Akan tetapi, yang diampuni hanya dosa di
hadapan Allah, sedang dosa kepada orang tua, saudara kandung, tetangga dan
sekampung, tidak akan diampuni kecuali saling bermaaf-maafan dengan jabat
tangan melalui silaturahim antara satu dengan yang lain.
Kedua, ziarah ke kubur. Telah menjadi budaya di kalangan masyarakat bahwa menjelang puasa Ramadan dan Idul Fitri, anak-anak, menantu, keluarga dan famili pergi berziarah ke kubur orang tua, kakek, nenek dan leluhur serta keluarga terdekat sambil mendoakan. Itu tidak mungkin dilakukan kalau tidak mudik. Bagi mereka yang berasal dari kampung. Maka dalam kesempatan Idul Fitri dilakukan ziarah ke kubur, selain silaturahim.
Kedua, ziarah ke kubur. Telah menjadi budaya di kalangan masyarakat bahwa menjelang puasa Ramadan dan Idul Fitri, anak-anak, menantu, keluarga dan famili pergi berziarah ke kubur orang tua, kakek, nenek dan leluhur serta keluarga terdekat sambil mendoakan. Itu tidak mungkin dilakukan kalau tidak mudik. Bagi mereka yang berasal dari kampung. Maka dalam kesempatan Idul Fitri dilakukan ziarah ke kubur, selain silaturahim.
Ketiga, rindu kampung halaman. Setiap tahun kerinduan kepada kampung halaman selalu diobati dengan mudik. Ini adalah fenomena sosial yang menarik sebagai makhluk sosial, rindu kepada asal usulnya di kampung halaman. Oleh karena itu, tantangan berat yang dihadapi untuk pulang kampung, tidak menjadi persoalan, mereka tetap lakoni dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan.
Keempat, bernostagia di kampung halaman. Masa kecil di kampung halaman adalah masa-masa yang paling indah dan menyenangkan. Maka setiap tahun, kenangan indah itu, selalu ingin diperbaruai dengan pulang kampung sambil membawa keluarga seperti anak, menantu dan istri supaya ikut menghayati suasana kampung di masa dahulu.
Kelima, unjuk diri kesuksesan di perantauan. Hal itu, ikut juga mewarnai perasaan sebagian pemudik untuk pulang kampung. Budaya pamer berlaku kepada semua tingkatan sosial. Maka momentum Lebaran, pulang kampung dengan niat yang bermacam-macam, salah satu adalah unjuk diri (pamer).
Dampak Negatif
Mudik
Mudik
Lebaran yang sudah menjadi budaya, diakui atau tidak, mempunyai dampak negatif.
Pertama, konsumerisme, pamer kemewahan, boros dan berbagai perilaku yang tidak
sepenuhnya sesuai dengan ajaran Islam dan tujuan puasa itu sendiri. Di mana hasil
puasa selama sebulan penuh, seharusnya semakin menghadirkan ketakwaan yaitu
kedekatan kepada Allah dan sesama manusia yang sebagian besar masih mengalami
kesulitan hidup. Mereka masih dihimpit kemiskinan, kebodohan dan
keterbelakangan.
Kedua, bisa mengundang cemburu dan iri hati para penduduk kampung. Pulangnya para pemudik untuk berlebaran di kampung halaman, dengan memamerkan kemewahan misalnya mobil yang bagus, baju dan sepatu yang baru, bisa menimbulkan 'cultural shock' (goncangan budaya). Di mana orang-orang kampung atau desa meniru dan mengikuti cara hidup orang kota yang pulang kampung, misalnya berutang dan atau menjual harta benda seperti tanah untuk membeli motor, mobil dan sebagainya sebagai asesori kemewahan.
Kedua, bisa mengundang cemburu dan iri hati para penduduk kampung. Pulangnya para pemudik untuk berlebaran di kampung halaman, dengan memamerkan kemewahan misalnya mobil yang bagus, baju dan sepatu yang baru, bisa menimbulkan 'cultural shock' (goncangan budaya). Di mana orang-orang kampung atau desa meniru dan mengikuti cara hidup orang kota yang pulang kampung, misalnya berutang dan atau menjual harta benda seperti tanah untuk membeli motor, mobil dan sebagainya sebagai asesori kemewahan.
Bisa juga
orang-orang kampung terutama anak-anak muda, laki-laki dan perempuan merantau,
dalam rangka mengikuti jejak para pemudik. Untuk mendapatkan harta dan
kemewahan, mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang dan harta,
supaya tahun berikutnya, mereka juga bisa mudik dan menampilkan kekayaan dan
kemewahan seperti saudara-saudaranya yang mudik tahun lalu.
Ketiga,
memacu urbanisasi dan migrasi. Mudik Lebaran, juga bisa berdampak negatif yang
memacu peningkatan urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kampung atau desa
ke berbagai kota di Indonesia. Selain itu, juga dapat mendorong meningkatnya
migrasi, yaitu perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain. Dalam
sejarah mudik Lebaran, sudah terbukti bahwa usai mudik lebaran, semakin banyak
orang kampung yang melakukan urbanisasi, meninggalkan kampung halamannya untuk
mencari kehidupan di kota.
Sebenarnya peristiwa urbanisasi dan migrasi adalah sesuatu yang lumrah dalam kehidupan modern, dan merupakan hak asasi setiap orang yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dan undang untuk melakukan sesuai yang diinginkan. Akan tetapi, urbanisasi dan migrasi ke negara lain misalnya ke negeri jiran Malaysia, dan Arab Saudi, banyak menimbulkan masalah, karena mereka yang melakukan urbanisasi dan migrasi ke negara lain, tidak memiliki pendidikan dan kepakaran (skill) yang memadai. Akibatnya untuk bertahan hidup di kota atau di negara lain, mereka terpaksa melakukan berbagai perbuatan yang bertentangan dengan hukum seperti menjadi penjual seks, peminta-minta, bahkan pencuri dan perampok.
Sebenarnya peristiwa urbanisasi dan migrasi adalah sesuatu yang lumrah dalam kehidupan modern, dan merupakan hak asasi setiap orang yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dan undang untuk melakukan sesuai yang diinginkan. Akan tetapi, urbanisasi dan migrasi ke negara lain misalnya ke negeri jiran Malaysia, dan Arab Saudi, banyak menimbulkan masalah, karena mereka yang melakukan urbanisasi dan migrasi ke negara lain, tidak memiliki pendidikan dan kepakaran (skill) yang memadai. Akibatnya untuk bertahan hidup di kota atau di negara lain, mereka terpaksa melakukan berbagai perbuatan yang bertentangan dengan hukum seperti menjadi penjual seks, peminta-minta, bahkan pencuri dan perampok.
Dampak
Positif Mudik
Mudik
Lebaran, di samping menimbulkan dampak negatif, juga banyak dampak positifnya.
Pertama, dampak ekonomi. Mudik para perantau telah menimbulkan dampak positif
bagi ekonomi di kampung halaman. Mereka pulang dengan membawa uang dan
berbelanja telah mendorong perputaran ekonomi yang tinggi di kampung, sehingga
para petani, nelayan dan pemerintah daerah mendapat manfaat ekonomi. Mereka
menyewa hotel dan penginapan, telah mendorong kemajuan kampung halaman karena
membuka dan memajukan bisnis penginapan dan hotel. Belum lagi, pemudik memberi
sedekah, zakat fitrah dan zakat harta (mal) kepada keluarga dan penduduk di
kampung halaman mereka.
Kedua,
silaturahim (hubungan kasih sayang) antara pemudik dan penduduk kampung
terbangun kembali, yang selama hampir satu tahun tidak pernah bertemu. Ini
sangat positif untuk memelihara, merawat dan menjaga bangunan kebersamaan satu
kampung.
Ketiga,
persatuan dan kesatuan terjaga dan terpelihara. Bangsa Indonesia yang amat
tinggi rasa keagamaan (religiusitas)-nya, telah memberi andil yang besar untuk
menjaga, merawat dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan seluruh bangsa
Indonesia melalui medium silaturahim Idul Fitri. Hal ini, tidak bisa dinilai
dengan pengorbanan harta dan tenaga yang dilakukan para pemudik.
Keempat, pengamalan agama. Peristiwa mudik Lebaran, juga mempunyai dampak positif dalam pengamalan ajaran Islam. Karena di tengah kemajuan yang membawa manusia kepada perilaku individualistik, yang enggan berhubungan dengan pihak lain dan merasa terganggu, melalui medium silaturahim Idul Fitri dalam rangka hubungan manusia (hablun minannaas) tetap diamalkan, dan bahkan telah menjadi budaya seluruh bangsa Indonesia.
Keempat, pengamalan agama. Peristiwa mudik Lebaran, juga mempunyai dampak positif dalam pengamalan ajaran Islam. Karena di tengah kemajuan yang membawa manusia kepada perilaku individualistik, yang enggan berhubungan dengan pihak lain dan merasa terganggu, melalui medium silaturahim Idul Fitri dalam rangka hubungan manusia (hablun minannaas) tetap diamalkan, dan bahkan telah menjadi budaya seluruh bangsa Indonesia.
Kelima,
secara sosiologis, mudik Lebaran mendekatkan si perantau yang sudah sukses
dengan mereka yang masih berdomisi di kampung halaman seperti orang tua, famili
dan teman-teman. Peristiwa mudik, bisa memperbaharui kembali hubungan sosial
dengan masyarakat sekampung, yang tentu berdampak positif dalam memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa.
Memaknai Mudik Sebagai Sinergi antara Agama dan Budaya
Mudik
merupakan bentuk sinergi antara ajaran agama dengan budaya atau tradisi
masyarakat Indonesia. Sebagai sebuah tradisi mudik telah mengakar
secara kuat. Sementara dalam pandangan agama berbagai tradisi dalam mudik
diyakini memiliki landasan. Dengan demikian makna mudik sebenarnya tak hanya
sebagai kebiasaan pulang kampung melainkan erat kaitannya dengan berbagai sifat
dan dimensi kehidupan manusia.
Secara
kultural mudik memang sebuah warisan atau bahkan keharusan. Tapi secara moral
dan spiritual mudik juga menjadi wujud bakti anak kepada orang tua. Kebiasaan sungkeman, meminta maaf hingga
berziarah mendoakan anggota keluarga yang telah tiada menunjukkan jika mudik
bukan hanya perjalanan fisik namun juga rohani. Sungkeman atau cium tangan
orang tua bukan hanya bentuk kontak fisik melainkan memiliki makna secara
spiritual karena orang tua dapat dianggap sebagai perantara bagi seorang anak
dalam mengenal Tuhan. Pada akhirnya Ikatan batin dengan orang tua serta
kewajiban mendoakan anggota keluarga seperti ini turut melestarikan
melestarikan tradisi mudik.
Mudik
juga mengukuhkan sifat manusia sebagai makhluk sosial. Silaturahmi
yang terjalin selama mudik merupakan interaksi manis antara seorang manusia
dengan sesamanya. Melalui silaturahmi kita diingatkan kembali bahwa seorang
manusia tak akan bisa mempertahankan hidup dan kehidupannya tanpa bantuan dan
interaksi dengan sesamanya. Pada akhirnya silaturahmi sebagai bagian dari mudik
menjadi sarana yang sangat humanis dan interaktif untuk membangun toleransi
karena mudik dan silaturahmi juga dijalankan dan dijalin oleh banyak masyarakat
dari berbagai latar perbedaan termasuk agama.
Secara
psikologi mudik mencerminkan sifat manusia yang perindu. Mereka yang mudik adalah jiwa-jiwa yang
rindu sekaligus lelah. Kerasnya kehidupan di kota dengan segela rutinitas yang
membuat penat membuat orang merindukan kembali kehidupan masa kecilnya yang
indah dengan suasana pedesaan yan asri. Dengan demikian mudik tak hanya pulang
kampung untuk merayakan lebaran namun juga menjadi sarana nostalgia sekaligus
pengobat jiwa-jiwa yang lelah.
Dalam
dimensi sosial mudik juga menjadi saran untuk berbagi dan tolong menolong. Bukan hanya karena kewajiban mengeluarkan
zakat fitrah menjelang Idul Fitri, namun juga berbagi rezeki dalam beberapa hal
lainnya. Tradisi memberikan oleh-oleh dari kota kepada kerabat dan tetangga di
kampung. Kebiasaan membagikan selembar uang kertas baru kepada anak-anak.
Beberapa orang bahkan kerap memberikan tumpangan kendaraan kepada tetangganya
yang hendak mudik menuju daerah yang sama.
Namun tak
dipungkiri juga bahwa mudik juga kerap menjadi sebuah euforia dan media unjuk
eksistensi diri. Dalam niat mudik seringkali terselip keinginan yang kuat untuk
mempertontonkan keberhasilan. Dalam persiapannya pun mudik sudah didahului
dengan gaya hidup hedonis dan konsumtif. Hasrat dan keinginan mudik yang tinggi
seringkali membuat orang memaksakan diri demi sebuah prestise. Akhirnya mudik
justru menghadirkan berbagai masalah besar seperti kemacetan, kecelakaan hingga
kejahatan. Mudik juga menyebabkan arus tandingan yang selalu penuh masalah
yakni urbanisasi. Tak heran jika banyak pendapat yang menyimpulkan bahwa
tradisi mudik di Indonesia telah melahirkan keretakan budaya dan menggeser
spirit yang seharusnya dibangun dari Idul Fitri.
Mudik
sebaiknya dimaknai sebagai sarana meningkatkan ikatan spiritual antara manusia
kepada penciptanya dengan kembali ke fitri (kesucian). Melalui mudik manusia
bisa senantiasa bersyukur karena masih dan selalu diberi kenikmatan oleh Sang
Pencipta. Kenikmatan atas perjumpaan yang indah dengan Ramadan dan Idul Fitri.
Kenikmatan untuk memperoleh rezeki dan kemudian bisa berbagi. Kenikmatan karena
bisa hidup di tengah-tengah masyarakat yang hangat dan kehidupan tetangga yang
saling menghargai. Serta kenikmatan karena memiliki kesempatan berbakti dan
masih bisa mencium tangan kedua orang tua.
Berikut tips
ringan yang perlu dipersiapkan agar perjalanan mudik menjadi aman dan nyaman.
- Daftar barang bawaan
Beberapa hari sebelum berangkat,
buatlah daftar barang-barang yang akan dibawa. Lakukanlah ini sebelum Anda
mulai beberes. Daftar barang bawaan akan meminimalisasi kemungkinan lupa.
Buatlah daftar dimulai dari barang-barang yang paling penting, penting, kurang
penting, dan tidak penting.
- Cek kondisi kendaraan
Kendaraan adalah tulang punggung
perjalanan Anda. Oleh karena itu, pastikan kendaraan Anda apakah mobil atau
motor siap digunakan untuk perjalanan jauh. Sangat direkomendasikan untuk
membawa kendaraan Anda ke bengkel resmi guna diperiksa secara menyeluruh.
- Cek perlengkapan kendaraan
Pastikan seluruh peralatan tambahan
pada kendaraan Anda tersedia. Jangan sampai jika terjadi keadaan darurat Anda
tidak menemukan dongkrak, obeng, tang, kunci pas, dan lain-lain di dalam
kendaraan.
- Bawalah sparepart cadangan
Jangan abaikan soal yang satu ini.
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam perjalanan panjang. Pastikan
busi, sekring, tali rem, tali kopling, ban, dan sejumlah sparepart cadangan
lainnya ada di dalam kendaraan Anda.
- Kotak P3K
Periksa kembali kelengkapan isi
kotak P3K Anda. Minyak angin, rheumason, betadine, dan obat sakit kepala adalah
beberapa hal yang harus ada di dalam kotak pertolongan pertama itu. Periksa
kembali apakah obat-obatan yang ada sudah kedaluwarsa atau tidak. Anda juga
bisa menambahkan dengan obat-obatan lain.
- Hiburan
Macet adalah rintangan utama yang tidak mungkin Anda hindari dalam perjalanan mudik. Ada baiknya Anda mempertimbangkan untuk membawa barang-barang yang sekiranya dapat menghibur Anda dari kebosanan. Koleksi kaset, CD, MP3 atau buku biasanya jadi teman setia dalam perjalanan. - Peta
Banyak perusahaan jasa atau institusi swasta menyediakan peta jalur mudik. Carilah informasi di mana Anda bisa mendapatkan peta itu. Biasanya, peta-peta yang dibuat khusus untuk mudik memuat sejumlah informasi yang dibutuhkan, seperti pom bensin, bengkel, posko Lebaran, dan kondisi jalan. - Layanan gratis otomotif
Perusahaan otomotif biasanya membuka
posko layanan gratis di sejumlah titik tertentu di jalur mudik. Mereka juga
biasanya menyediakan satu nomor darurat yang bisa dihubungi jika Anda mendapat
masalah dengan kendaran Anda. Carilah informasi di manakah posko-posko itu
berada.
- Baterai dan pulsa
Telepon seluler kini tak bisa
dilepaskan dari kehidupan kita. Pastikan baterai dan pulsa telepon seluler Anda
dalam kondisi penuh. Jangan sampai terjadi, dalam keadaan darurat telepon Anda
tidak bisa digunakan.
- Kondisi tubuh
Tidak hanya kendaraan yang perlu
disiapkan, kondisi badan Anda juga perlu mendapat perhatian. Perjalanan panjang
membutuhkan kondisi badan yang prima. Pastikan Anda dalam kondisi fit sebelum
memulai perjalanan jauh. Jika mengantuk, berhentilah untuk beristirahat.
Dianjurkan agar Anda beristirahat setiap empat jam.
Kesimpulan
Peristiwa mudik Lebaran yang telah menjadi budaya, harus terus dipelihara, dijaga dan dilestarikan, karena dampak positifnya lebih banyak ketimbang dampak negatifnya. Yang harus dilakukan ialah mengurangi dampak negatif mudik dengan melakukan, pertama, meningkatkan kesadaran para pemudik bahwa keselamatan dalam perjalanan mudik adalah segalanya.
Mereka yang akan mudik, dan sedang dalam perjalanan mudik, diharapkan semakin hati-hati menjaga keselamatan. Jangan memaksakan diri dalam perjalanan, harus berhenti dan beristirahat secukupnya baru melanjutkan lagi perjalanan.
Peristiwa mudik Lebaran yang telah menjadi budaya, harus terus dipelihara, dijaga dan dilestarikan, karena dampak positifnya lebih banyak ketimbang dampak negatifnya. Yang harus dilakukan ialah mengurangi dampak negatif mudik dengan melakukan, pertama, meningkatkan kesadaran para pemudik bahwa keselamatan dalam perjalanan mudik adalah segalanya.
Mereka yang akan mudik, dan sedang dalam perjalanan mudik, diharapkan semakin hati-hati menjaga keselamatan. Jangan memaksakan diri dalam perjalanan, harus berhenti dan beristirahat secukupnya baru melanjutkan lagi perjalanan.
Pada
tahun-tahun mendatang, mudik dengan kendaraan bermotor secara bertahap harus
dihentikan dengan menitipkan kendaraannya di kapal laut, dan kereta api untuk
diantar ke kampung halaman. Suami istri, dan dan anak-anak, sebaiknya memilih
kendaraan umum, kereta api atau kapal laut untuk keselamatan dalam perjalanan
mudik.
Kedua,
pemerintah harus terus meningkatkan penyediaan transportasi massal untuk
melayani pemudik. Selain itu, berbagai perusahaan yang peduli pemudik, dari
jauh hari harus bekerja sama dengan media untuk memberitahu masyarakat tentang
adanya penyediaan fasilitas mudik.
Ketiga, para pemudik harus membuat perencanaan. Paling kurang tiga bulan sebelum mudik sudah memesan tiket dan menghubungi perusahaan atau organisasi yang biasa menyelenggarakan mudik bareng secara gratis.
Ketiga, para pemudik harus membuat perencanaan. Paling kurang tiga bulan sebelum mudik sudah memesan tiket dan menghubungi perusahaan atau organisasi yang biasa menyelenggarakan mudik bareng secara gratis.
Keempat,
pemerintah terutama Kementerian Pekerjaan Umum RI, sudah saatnya membuat jalan
yang berkualitas tinggi untuk jangka waktu yang panjang. Jangan seperti
sekarang, setiap tahun jalan raya yang dilalui pemudik dilakukan tambal sulam
dan tidak pernah baik.
Kelima, sudah saatnya seluruh bangsa Indonesia terutama para pemudik meningkatkan disiplin dalam berlalu lintas. Pada saat yang sama, aparat kepolisian sebagai aparat penegak keamanan, menindak mereka yang tidak disiplin dalam berlalu lintas.
Kelima, sudah saatnya seluruh bangsa Indonesia terutama para pemudik meningkatkan disiplin dalam berlalu lintas. Pada saat yang sama, aparat kepolisian sebagai aparat penegak keamanan, menindak mereka yang tidak disiplin dalam berlalu lintas.
Semoga
semangat mudik Lebaran mendorong seluruh bangsa Indonesia untuk mengambil
hikmah yang positif dan negatif dari peristiwa mudik, demi perbaikan di masa
depan.
Sumber
tanggal, 07/01/2014 pukul 1:11 WIB
tanggal, 07/01/2014 pukul 1:47 WIB
tanggal, 07/01/2014 pukul 1:55 WIB