Sanksi FIFA Terhadap
PSSI (Tinjaun Dari Sisi Hak Pemain Dan Penonton Sepak Bola)
Mengenai
sepak bola Indonesia, FIFA telah mengambil sikap. Badan tertinggi sepak bola
tersebut telah menjatuhkan hukuman terhadap PSSI. Hukuman ini berlaku segera
dan akan berlangsung hingga waktu yang belum ditentukan.
Selama
masa hukuman, Indonesia kehilangan banyak hak sepak bolanya, termasuk ikut
serta dalam kejuaraan. Ada pengecualian, memang, yang mebuat Tim Nasional
Indonesia tetap dapat ambil bagian di SEA Games. Namun bukan itu poin utamanya.
Lama atau tidaknya hukuman FIFA tergantung PSSI sendiri.
Sebagaimana
hukuman yang berlaku segera, pencabutan hukuman pun dapat dilakukan segera.
Selama tentu saja, PSSI mampu memenuhi empat ketentuan pencabutan hukuman yang
ditentukan FIFA. Ketentuan pertama dari empat ketentuan tersebut adalah :
Komite eksekutif PSSI terpilih dapat mengelola perkara PSSI secara mandiri dan
tanpa pengaruh pihak ketiga, termasuk kementerian (atau badan hokum
kementerian).
Ketentuan
kedua berisi pengembalian kewenangan terhadap Tim Nasional Indonesia: Tanggung
jawab menganai Tim Nasional Indonesia kembali menjadi kewenangan PSSI. Seperti
ketentuan kedua, ketentuan ketiga dan keempat juga berisi pengembalian
kewenangan kepada PSSI (“tanggungjawab mengenai semua kejuaraan PSSI kembali
menjadi kewenangan PSSI atau liga yang dibawahinya” dan “semua kesebelasan yang
berlisensi PSSI dibawah regulasi lisensi kesebelasan PSSI dapat berkompetisi di
kejuaraan PSSI”).
Hukuman
yang dijatuhkan FIFA tidak hanya membatasi hak-hak kesebelasan. Anggota dan
pengurus PSSI juga tidak dapat terlibat, termasuk sebagai peserta dalam setiap
program pengembangan bakat, kursus atau pelatihan yang diselenggarakan FIFA
atau AFC.
Ancaman
pengucilan sepak bola Indonesia dari kancah sepak bola internasional sangat
bergantung kepada keputusan FIFA dalam sidangnya di Zurich pada Jumat (29/05)
waktu setempat.
Ancaman FIFA ini didasarkan
sikap pemerintah Indonesia melalui Menteri Pemuda dan Olah Raga, Imam Nahrawi,
yang memberikan sanksi pembekuan kepada PSSI pada pertengahan April 2015 lalu. PSSI
dibekukan oleh Menpora karena dianggap mengabaikan syarat Badan Olah raga
Profesional Indonesia, BOPI, terkait penyelenggaraaan Liga Super Indonesia.
Sejauh ini Kemenpora
belum merevisi surat keputusan pembekuan PSSI, walaupun Wakil
Presiden Jusuf Kalla telah menyodorkan sejumlah opsi pencabutan sanksi
administrasi tersebut.
"Belum ada revisi,"
kata Menpora Imam Nahrawi, Kamis (28/05) kepada wartawan di Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung.
Akibat pembekuan ini, PSSI telah
menghentikan semua kompetisi tahun ini karena alasan keadaan memaksa, antara
lain karena kepolisian tidak mengizinkan laga kompetisi digelar.
Situasi inilah yang berdampak
luas kepada klub peserta kompetisi, termasuk para suporter fanatiknya maupun
pemainnya. Psikologi pemain sepertinya sekarang ini menjadi sangat terganggu,
tidak hanya itu saja, para pelatih pun menjadi tidak nyaman dengan adalah
pembekuan PSSI. Hal ini telah dinyatakan oleh Suharno, pelatih Arema Cronus.
Beliau juga menyatakan bahwa keputusan menteri pemuda dan olahraga (Menpora),
yaitu Imam Nahrawi tentang membekukan PSSI tersebut ikut andil memberikan
dampak yang buruk bagi para klub dan psikologi pemain.
Meskipun dengan adanya pembekuan
tersebut sehingga seluruh pertandingan Indonesia Super League(ISL) 2015, baik
itu Divisi Utama, Divisi I, II, dan III tetap berjalan sebagaimana mestinya
sesuai dengan supervisi KONI dan KOI bersama Asprov PSSI dan Klub setempat.
Namun satu hal yang dinyatakan oleh Kemenpora tersebut sepertinya tidak
membuahkan hasil yang bagus untuk para pemain.
Karena jika dilhat secara
mental, tentu saja hal ini sangat tidak nyaman sekali. Melihat dengan kondisi
yang semakin memanas tersebut, otomatis kalau pun kompetisi tetap bisa
dijalankan sebagaimana mestinya, namun jika ada pembekuan, pelatih Arema
Cronus, Suharno tetap menyatakan bahwa beliau tetap tidak yakin bahwa
pertandingan atau kompetisi tesebut bisa berjalan dengan nyaman.
Karena dengan adanya sanksi
tersebut, tentu saja para pelatih hanya bisa menunggu reaksi dari PSSI. Karena
beliau tidak bisa berkomentar banyak. Kalaupun bisa berkomentar, hal tersebut
hanya akan membuat suasana menjadi panas. Untuk itulah para pelatih hanya bisa
menunggu hingga pihak yang berwenang memberikan keputusan yang tepat
BBC Indonesia mewawancarai tiga orang suporter
klub Persib Bandung, Persija Jakarta dan Arema Malang tentang harapan mereka
tentang penyelesaian kisruh PSSI dan Kemenpora. Berikut petikannya:
Bodhenks Aremanoid (Suporter klub Arema Malang)
Suporter Arema dalam sebuah laga di
Stadion Gelora Bung Karno. Kini pemandangan seperti ini lenyap dari
stadion-stadion setelah PSSI menghentikan kompetisinya.
“Semenjak
kompetisi liga dihentikan, saya praktis kehilangan hiburan. Dulu saya selalu
mendatangi Stadion Kanjuruhan setiap Arema berlaga. Saya jelas sedih dan marah.
Bukankah kita semua tahu sepak bola itu merupakan alat untuk mempersatukan? Mengapa
untuk memperbaiki sepak bola Indonesia dengan membekukan PSSI? Saya tahu ini
tujuannya baik, tetapi caranya yang nggak benar. Saya terus terang jadi
apatis. Untungnya, masih ada hiburan sepak bola yang bisa saya jadikan hiburan:
sepak bola antar kampung alias tarkam. Ha-ha-ha.”
kata Bodhenks Aremanoid.
Heru Viking (Ketua Viking Persib Fans Club)
Tim Persib Bandung, yang merupakan
juara bertahan liga utama sepak bola Indonesia, kini terdampak akibat pembekuan
PSSI. Efeknya kurang
bagus (buat sepak bola Indonesia), dan saya sangat menyayangkan kebijakan
Menpora itu. Suporter
Persib menyayangkan kebijakan Menpora membekukan PSSI, karena membuat
masyarakat kehilangan hiburan menonton laga sepak bola.
Pemerintah dan PSSI sebagai yang
diharapkan masyarakat untuk membuat sepak bola lebih maju. Harusnya mereka
berkolaborasi dengan baik, berkolaborasi untuk kepentingan bersama. Seharusnya
mereka duduk semeja, tenang, dan pecahkan masalahnya yang hasilnya bisa
menyenangkan semua pihak.
Bagi kami sepak bola juga alat
silaturrahmi. Kami khawatir kalau sepak bola nilainya berkurang karena ada
kebijakan pembekuan PSSI oleh Kemenpora.
Jika masalah ini dibiarkan
berlarut-larut, ini akan menganggu proses kebangsaan dan kenegaraan. Apa pasal?
Karena sepak bola itu bisa menjadi sarana untuk persatuan dan kesatuan.
Masyarakat melihat masalah ini
pasti tidak puas, karena sepak bola itu merupakan hiburan mereka. Dengan
pembekuann atas PSSI dan kompetisi dihentikan, hiburan rakyat menjadi
berkurang.
Andi Bachtiar Yusuf (Suporter Persija Jakarta)
Puluhan ribu suporter Persija
Jakarta memadati Stadion Gelora Bung Karno. Kini pemandangan seperti ini tidak
akan terlihat semenjak PSSI dibekukan Kemenpora. Tujuannya
baik, tapi sepertinya cara yang ditempuh Menpora menunjukkan dia tidak memahami
petanya. Karena, akibatnya jelas: semuanya (klub, pemain, manajer, pelatih,
dll) menganggur. Kompetisi berhenti, pemain menganggur, dan bisnisnya menjadi nggak
jalan.
Sepak bola Indonesia ini 'kan
baru jalan. Saya bisa bilang: musim ini banyak sponsor datang, mulai
bergairahlah dunia industri sepak bola. Ada pihak yang mulai berinvestasi.
Sekarang ini menjadi terhenti. Dan masalah lebih besar lagi, penonton sepak
bola kehilangan tontonan. Pendukung Persija kehilangan tontonan, juga di tempat
lain.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar