Kamis, 04 Juni 2015

Tugas 4 Artikel 2 : Sanksi FIFA Terhadap PSSI (Tinjaun Dari Sisi Hak Pemain Dan Penonton Sepak Bola)



Sanksi FIFA Terhadap PSSI (Tinjaun Dari Sisi Hak Pemain Dan Penonton Sepak Bola)

Mengenai sepak bola Indonesia, FIFA telah mengambil sikap. Badan tertinggi sepak bola tersebut telah menjatuhkan hukuman terhadap PSSI. Hukuman ini berlaku segera dan akan berlangsung hingga waktu yang belum ditentukan.

Selama masa hukuman, Indonesia kehilangan banyak hak sepak bolanya, termasuk ikut serta dalam kejuaraan. Ada pengecualian, memang, yang mebuat Tim Nasional Indonesia tetap dapat ambil bagian di SEA Games. Namun bukan itu poin utamanya. Lama atau tidaknya hukuman FIFA tergantung PSSI sendiri.

Sebagaimana hukuman yang berlaku segera, pencabutan hukuman pun dapat dilakukan segera. Selama tentu saja, PSSI mampu memenuhi empat ketentuan pencabutan hukuman yang ditentukan FIFA. Ketentuan pertama dari empat ketentuan tersebut adalah : Komite eksekutif PSSI terpilih dapat mengelola perkara PSSI secara mandiri dan tanpa pengaruh pihak ketiga, termasuk kementerian (atau badan hokum kementerian).

Ketentuan kedua berisi pengembalian kewenangan terhadap Tim Nasional Indonesia: Tanggung jawab menganai Tim Nasional Indonesia kembali menjadi kewenangan PSSI. Seperti ketentuan kedua, ketentuan ketiga dan keempat juga berisi pengembalian kewenangan kepada PSSI (“tanggungjawab mengenai semua kejuaraan PSSI kembali menjadi kewenangan PSSI atau liga yang dibawahinya” dan “semua kesebelasan yang berlisensi PSSI dibawah regulasi lisensi kesebelasan PSSI dapat berkompetisi di kejuaraan PSSI”).
Hukuman yang dijatuhkan FIFA tidak hanya membatasi hak-hak kesebelasan. Anggota dan pengurus PSSI juga tidak dapat terlibat, termasuk sebagai peserta dalam setiap program pengembangan bakat, kursus atau pelatihan yang diselenggarakan FIFA atau AFC.

Ancaman pengucilan sepak bola Indonesia dari kancah sepak bola internasional sangat bergantung kepada keputusan FIFA dalam sidangnya di Zurich pada Jumat (29/05) waktu setempat.

Ancaman FIFA ini didasarkan sikap pemerintah Indonesia melalui Menteri Pemuda dan Olah Raga, Imam Nahrawi, yang memberikan sanksi pembekuan kepada PSSI pada pertengahan April 2015 lalu. PSSI dibekukan oleh Menpora karena dianggap mengabaikan syarat Badan Olah raga Profesional Indonesia, BOPI, terkait penyelenggaraaan Liga Super Indonesia.

Sejauh ini Kemenpora belum merevisi surat keputusan pembekuan PSSI, walaupun Wakil Presiden Jusuf Kalla telah menyodorkan sejumlah opsi pencabutan sanksi administrasi tersebut.
"Belum ada revisi," kata Menpora Imam Nahrawi, Kamis (28/05) kepada wartawan di Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung.

Akibat pembekuan ini, PSSI telah menghentikan semua kompetisi tahun ini karena alasan keadaan memaksa, antara lain karena kepolisian tidak mengizinkan laga kompetisi digelar.
Situasi inilah yang berdampak luas kepada klub peserta kompetisi, termasuk para suporter fanatiknya maupun pemainnya. Psikologi pemain sepertinya sekarang ini menjadi sangat terganggu, tidak hanya itu saja, para pelatih pun menjadi tidak nyaman dengan adalah pembekuan PSSI. Hal ini telah dinyatakan oleh Suharno, pelatih Arema Cronus. Beliau juga menyatakan bahwa keputusan menteri pemuda dan olahraga (Menpora), yaitu Imam Nahrawi tentang membekukan PSSI tersebut ikut andil memberikan dampak yang buruk bagi para klub dan psikologi pemain.

Meskipun dengan adanya pembekuan tersebut sehingga seluruh pertandingan Indonesia Super League(ISL) 2015, baik itu Divisi Utama, Divisi I, II, dan III tetap berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan supervisi KONI dan KOI bersama Asprov PSSI dan Klub setempat. Namun satu hal yang dinyatakan oleh Kemenpora tersebut sepertinya tidak membuahkan hasil yang bagus untuk para pemain.

Karena jika dilhat secara mental, tentu saja hal ini sangat tidak nyaman sekali. Melihat dengan kondisi yang semakin memanas tersebut, otomatis kalau pun kompetisi tetap bisa dijalankan sebagaimana mestinya, namun jika ada pembekuan, pelatih Arema Cronus, Suharno tetap menyatakan bahwa beliau tetap tidak yakin bahwa pertandingan atau kompetisi tesebut bisa berjalan dengan nyaman.

Karena dengan adanya sanksi tersebut, tentu saja para pelatih hanya bisa menunggu reaksi dari PSSI. Karena beliau tidak bisa berkomentar banyak. Kalaupun bisa berkomentar, hal tersebut hanya akan membuat suasana menjadi panas. Untuk itulah para pelatih hanya bisa menunggu hingga pihak yang berwenang memberikan keputusan yang tepat

BBC Indonesia mewawancarai tiga orang suporter klub Persib Bandung, Persija Jakarta dan Arema Malang tentang harapan mereka tentang penyelesaian kisruh PSSI dan Kemenpora. Berikut petikannya:

Bodhenks Aremanoid (Suporter klub Arema Malang)

Suporter Arema dalam sebuah laga di Stadion Gelora Bung Karno. Kini pemandangan seperti ini lenyap dari stadion-stadion setelah PSSI menghentikan kompetisinya.
Semenjak kompetisi liga dihentikan, saya praktis kehilangan hiburan. Dulu saya selalu mendatangi Stadion Kanjuruhan setiap Arema berlaga. Saya jelas sedih dan marah. Bukankah kita semua tahu sepak bola itu merupakan alat untuk mempersatukan? Mengapa untuk memperbaiki sepak bola Indonesia dengan membekukan PSSI? Saya tahu ini tujuannya baik, tetapi caranya yang nggak benar. Saya terus terang jadi apatis. Untungnya, masih ada hiburan sepak bola yang bisa saya jadikan hiburan: sepak bola antar kampung alias tarkam. Ha-ha-ha.” kata Bodhenks Aremanoid.

Heru Viking (Ketua Viking Persib Fans Club)

Tim Persib Bandung, yang merupakan juara bertahan liga utama sepak bola Indonesia, kini terdampak akibat pembekuan PSSI. Efeknya kurang bagus (buat sepak bola Indonesia), dan saya sangat menyayangkan kebijakan Menpora itu. Suporter Persib menyayangkan kebijakan Menpora membekukan PSSI, karena membuat masyarakat kehilangan hiburan menonton laga sepak bola.

Pemerintah dan PSSI sebagai yang diharapkan masyarakat untuk membuat sepak bola lebih maju. Harusnya mereka berkolaborasi dengan baik, berkolaborasi untuk kepentingan bersama. Seharusnya mereka duduk semeja, tenang, dan pecahkan masalahnya yang hasilnya bisa menyenangkan semua pihak.

Bagi kami sepak bola juga alat silaturrahmi. Kami khawatir kalau sepak bola nilainya berkurang karena ada kebijakan pembekuan PSSI oleh Kemenpora.
 
Kalau FIFA membekukan PSSI, ya pasti ngefek (berdampak) buat Persib, karena nggak bisa bermain di liga yang lebih besar. Ketua Viking Persib Fans Club, Heru Joko

Jika masalah ini dibiarkan berlarut-larut, ini akan menganggu proses kebangsaan dan kenegaraan. Apa pasal? Karena sepak bola itu bisa menjadi sarana untuk persatuan dan kesatuan.

Masyarakat melihat masalah ini pasti tidak puas, karena sepak bola itu merupakan hiburan mereka. Dengan pembekuann atas PSSI dan kompetisi dihentikan, hiburan rakyat menjadi berkurang.

Andi Bachtiar Yusuf (Suporter Persija Jakarta)

Puluhan ribu suporter Persija Jakarta memadati Stadion Gelora Bung Karno. Kini pemandangan seperti ini tidak akan terlihat semenjak PSSI dibekukan Kemenpora. Tujuannya baik, tapi sepertinya cara yang ditempuh Menpora menunjukkan dia tidak memahami petanya. Karena, akibatnya jelas: semuanya (klub, pemain, manajer, pelatih, dll) menganggur. Kompetisi berhenti, pemain menganggur, dan bisnisnya menjadi nggak jalan.

Sepak bola Indonesia ini 'kan baru jalan. Saya bisa bilang: musim ini banyak sponsor datang, mulai bergairahlah dunia industri sepak bola. Ada pihak yang mulai berinvestasi. Sekarang ini menjadi terhenti. Dan masalah lebih besar lagi, penonton sepak bola kehilangan tontonan. Pendukung Persija kehilangan tontonan, juga di tempat lain.


Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar