PENGARUH KUALITAS AUDITOR, DEBT
TO ASSET DAN UKURAN PERUSATRAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada
Perusahaan Sector Aneka Industry Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010-2012)
Naufal
Aditya
(Universitas
Maritim Raja Ali Haji)
ABSTRAK
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh dari kualitas auditor, Leverage dan
ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor
aneka industri. Populasi pada penelitian ini adalah 44 perusahaan manufaktur
sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012.
Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling method dan diperoleh
sampel sebanyak 37 perusahaan. manajemenlaba diukur
dengan akrual diskresioner yang dihitung
menggunakan model modified jones. Pengujian hipotesis pada penelitian ini
menggunakan regresi linier berganda. Dari hasil regresi mengindikasikan bahwa
hanya rasio debt to asset yang berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba. sedangkan ukuran auditor dan auditor spesialis industri yang
merupakan proksi dari kualitas auditor serta ukuran perusahaan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.
Kata kunci :
manajemen laba, discretinary accruals, kualitas auditor,
ukuran KAP, auditor spesialis industi, leverage, ukuran
perusahaan
I.
PENDAHULUAN
salah
satu cara perusahaan untuk mendapatkan dana segar adalah dengan menjual hak
kepemilikan (saham) dengan menjanjikan sebagian dari keuntungan perusahaan (deviden)
di pasar modal. Laporan keuangan yang telah diaudit merupakan salah satu syarat
bagi perusahaan yang sudah go public sebagai media utama perusahaan
untuk mengkomunikasikan kinerja dan posisi keuangannya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan baik investor maupun kreditur serta pihak-pihak lainnya. Dengan
laporan keuangan, investor dapat menganalisa kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba (earning power) sebagai pedoman dalam melakukan
investasi. Proses penyusunan laporan keuangan yang berbasis akrual melibatkan
banyak estimasi dan taksiran, sehingga dapat dijadikan sebagai proksi oleh
manajer untuk memanipulasi besarnya laba yang dihasilkan.
Menurut
Healy dan Wahlen (1999) manajemen laba timbul ketika manajer menggunakan
pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah
laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besarnya laba kepada
beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk
mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka
akuntansi yang dilaporkan. Hal ini terjadi dikarenakan adanya masalah agensi
sebagai akibat dari timbulnya konflik kepentingan antara shareholder (principal)
dan pihak manajemen (agent), di satu sisi manajer bertanggungjawab
memaksimalkan keuntungan bagi shareholder, disisi lain manajer juga
berkepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka, sehingga mengakibatkan
pihak manajemen yang menguasai informasi perusahaan tidak melaporkan kondisi
keuangannya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya atau yang disebut asimetri
informasi. Praktik manajemen laba akan menurunkan kualitas laporan keuangan dan
merugikan dan menurunkan kepercayaan investor atas informasi yang tidak sesuai
dengan kondisi sesungguhnya
Auditor
diharapkan dapat membatasi praktik manajemen laba serta membantu menjaga dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat umum terhadap laopran keuangan, namun
demikian efektifitas dan kemampuan auditor untuk mendeteksi praktik manajemen
laba tergantung kepada kualitas dan independensi dari auditor tersebut (Nini
dan Trisnawati, 2009
Penelitian
tentang manajemen laba masih relevan untuk dilakukan di Indonesia, maka dari
itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh kualitas
auditor yang diukur dengan ukuran KAP dan auditor spesialis industri terhadap
praktik manajemen laba pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI
tahun 2010-2012.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Manajemen
Laba
Menurut
Pamudji dan trihartati (2009) manajemen laba merupakan aktivitas manajerial
untuk mempengaruhi dan mengintervensi laporan keuangan. Manajemen laba yang
dilakukan seorang manajer merupakan ”permainan" memilih metode dan standar
akuntansi yang sesuai dengan kebutuhannya dan diungkapkan dalam laporan
keuangan. Menurut Healy dan Wahlen (1999) manajemen laba timbul ketika manajer
menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi
untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besarnya laba
kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau
untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka
akuntansi yang dilaporkan.
Menurut Sulistyanto
(2008) manajemen laba dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen akrual
dalam laporan keuangan, sebab pada komponen akrual dapat dilakukan permainan
angka melalui metode akuntansi yang
digunakan sesuai
dengan keinginan orang yang melakukan pencatatan dan penyusunan laporan
keuangan.
Dengan
adanya praktik manajemen laba dapat mengurangi keandalan dari laporan keuangan
dan dapat mempengaruhi investor dan calon investor sehingga mengambil keputusan
yang salah disebabkan laporan keuangan yang tidak relevan, dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Sedangkan laporan keuangan seharusnya diharapkan mampu
mencerminkan kondisi keuangan perusahaan sesuai dengan kondisi riil perusahaan
(Setiawati, 2002).
Amijaya
(2013) menyatakan bahwa Manajemen laba terjadi karena proses penyusunan laporan
keuangan menggunakan dasar akrual. dasar pengukuran manajemen laba dengan
menggunakan akrual memiliki komponen yang terdiri dari 2 jenis yaitu akrual
diskresioner dan akrual non diskresioner. Menurut Indriani (2010) akrual
diskresioner adalah komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajer,
artinya manajer memberi intervensinya dalam proses pelaporan akuntansi.
Sebaliknya, akrual non-dikresioner merupakan akrual yang tidak dapat
dikendalikan atau ditentukan oleh manajemen, melainkan ditentukan berdasarkan kondisi
ekonomi karena berkaitan langsung dengan transaksi bisnis atau adanya peraturan
yang mengikat dan dapat ditelusuri bukti transaksinya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa akrual diskersioner dapat dijadikan dasar pengukuran dalam
mengindikasi ada atau tidaknya praktik manajemen laba di suatu perusahaan.
2.2 Kualitas
Auditor
Secara
umum audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan (Mulyadi, 2002).
De
Angelo (1981) menyatakan bahwa audit quality sebagai probabilitas dimana
seorang auditor akan menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran
dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan untuk menemukan pelanggaran
bergantung kepada pengetahuan dan keahlian auditor sedangkan kemungkinan untuk
melaporkan temuan tersebut bergantung kepada independensi auditor terhadap
kliennya.
Moizer
(1986) dalam Irawati (2011) menyatakan bahwa pengukuran kualitas proses audit
terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada standar yang
telah digariskan, hal ini sesuai dengan pernyataan dalam SPAP (2011: 110) yang
menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika
memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Zhou dan Elder (2004)
dalam Rachmawati (2013) mengatakan bahwa kualitas audit tidak dapat diobservasi
secara langsung. Persepsi mengenai kualitas audit biasanya berkaitan dengan
nama auditor, termasuk disini adalah pengalaman industri dan kemampuan untuk
mengungkapkan kesalahan yang dilakukan
manajemen. Terdapat
dua proksi yang dapat digunakan untuk menggambarkan variabel kualitas auditor, yaitu
auditor spesialis industri dan ukuran KAP (Big Four) (Rahmadika,
2011).
1.
Ukuran KAP
Ukuran
KAP merupakan yang paling sering digunakan untuk mengukur kualitas auditor
karena reputasi KAP menggambarkan keandalan dan pengalaman auditor. Ukuran
auditor dapat dibedakan menjadi KAP Big Four dan Non-Big Four
(Gerayli, 2011). KAP besar akan berusaha menyajikan kualitas audit yang besar
pula dibandingkan dengan KAP kecil. KAP yang besar seperti KAP Big Four
memiliki auditor yang dianggap lebih berpengalaman yang mampu menjaga kualitas
audit karena memiliki sumber daya yang lebih besar.
2.
Auditor Spesialis Industri.
Dalam
SPAP (2011 : 318) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan auditor untuk suatu
perikatan mencakup pengetahuan umum tentang ekonomi dan industri yang menjadi
tempat beroperasinya entitas, dan pengetahuan yang lebih khusus tentang
bagaimana entitas beroperasi. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan yang memadai akan pengetahuan tentang industri sangat penting untuk
dimiliki seorang auditor karena masing-masing industri memiliki pola operasi
yang berbeda, sehingga dengan adanya pengetahuan tentang indusri yang memadai
dapat meningkatkan efisiensi serta kualitas informasi yang di hasilkan auditor.
2.3 Leverage
Leverage
merupakan pengukur besarnya aset yang dibiayai dengan hutang.
Hutang yang digunakan untuk membiayai aset berasal dari kreditor, bukan dari
pemegang saham maupun investor (Sudarmaji dan Sularto, 2007). Semakin besar
rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan (Indriani,
2010). Fahmi (2012 : 127-128) mengatakan bahwa penggunaan utang yang terlalu
tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk kekategori extreme
leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang
tinggi dan sulit untuk melepaskan beban tersebut. Karena itu sebaiknya
perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak diambil dan dari mana
sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang.
2.4 Ukuran
Perusahaan
Ukuran
perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran
perusahaan dapat dinyatakan dalam total aset, penjualan dan kapitalisasi pasar.
Ketiga variabel ini dapat digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat
mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin
besar aset maka
semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak
perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia
dikenal dalam masyarakat (Sudarmadji dan Sularto, 2007).
2.5 Kerangka
pemikiran
DeAngelo
(1981) berpendapat bahwa kantor akuntan publik besar (Big Four)
menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan kantor akuntan
publik yang lebih kecil (non-Big Four). Hal ini dikarenakan auditor Big
Four dianggap lebih berpengalaman dan memiliki keahlian yang lebih
tinggi dibandingkan auditor non-Big Four, sehingga memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendeteksi praktik manajemen laba.Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan auditor Big Four
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Berdasarkan hal
tersebutdapat ditarik kesimpulan :
H1a :
Ukuran KAP berpengaruh terhadap manajemen laba
Audit
merupakan proses untuk mengurangi asimetri informasi yang terdapat antara pihak
manajemen dan para shareholder dengan menggunakan pihak independen untuk
memberikan pendapat terhadap laporan keuangan sehubungan dengan kesesuaianya
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Semakin berpengalaman auditor maka
akan semakin baik kinerjanya. Ningsaptiti, (2010) menyatakan bahwa KAP yang
memiliki banyak klien dalam industri yang sama, akan memiliki pemahaman yang
lebih dalam tentang risiko audit khusus yang mewakili industri tersebut.Dari
pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwan auditor spesialis industri dapat
mengurangi praktik manajemen laba dibandingkan dengan auditor yang bukan
spesialis industri, Sehingga dapat ditarik kesimpulan :
H1b :
Auditor spesialis industri berpengaruh terhadap manajemen laba.
Trisnawati
(2009) berpendapat bahwa perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi akibat
besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aset yang dimiliki perusahaan, diduga
melakukan earnings management karena perusahaan terancam default yaitu tidak
dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya. Pernyataan ini juga
sesuai dengan pendapat Indriani (2010) yang menyatakan bahwa semakin besarnya
rasio leverage (Debt to Asset) mengakibatkan risiko yang ditanggung oleh
pemilik modal juga akan semakin meningkat. Hal ini dapat mendorong manajemen
untuk memanipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan labanya demi
keberlangsungan perusahaan.. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa
semakin besar rasio leverage maka akan semakin besar manajemen laba yang
dilakukan. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan :
H2 : Debt
to Asset berpengaruh terhadap manajemen laba
Menurut
Ningsaptiti (2010) Perusahaan yang berukuran besar memiliki peran sebagai
pemegang kepentingan yang lebih luas. Hal ini membuat berbagai kebijakan
perusahaan besar akan memberikan dampak yang besar terhadap
kepentingan publik
dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh
masyarakat sehingga mereka lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan
keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut harus melaporkan kondisinya
lebih akurat, sehingga kemungkinan adanya manajemen laba lebih kecil. Dari
pernyataan tersebut maka dapt ditarik kesimpulan :
H3 :
Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba
Berdasarkan
pengembangan seluruh pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
H4 :Ukuran KAP, Auditor Spesialis
Industri, Debt to Asset, Ukuran Perusahaan berpengaruh Secara Simultan
Terhadap Manajemen Laba.
III.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Operasionalisasi
dan Pengukuran Variabel
3.1.1 Variabel
Dependen
Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen
laba diproksikan dengan discretionary accuals. Mengikuti penelitian
sebelumnya (Gerayli, 2011; Ningsaptiti, 2010; Rahmadika, 2011) discretionary
acrual dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan model modified
Jones. Menurut Sulistyanto (2008), model ini banyak digunakan dalam
penelitian-penelitian akuntansi karena dinilai merupakan model yang paling baik
dalam mendeteksi manajemen laba dan memberikan hasil paling robust.
Model tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
1.
Mengukur total
accrual dengan menggunakan model Jones yang dimodifikasi.
Total
Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas
operasi (cash flow from operating)
2.
Menghitung nilai
accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi: TACt/ At-1
= α1(1/
At-1) + α2(ΔREVt
/ At-1)
+ α3(PPEt
/ At-1)
+ e
Dimana :
TACt : total accruals
perusahaan i pada periode t
At-1 : total aset untuk sampel perusahaan i pada
akhit tahun t-1
RECt
: perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
PPEt :aset tetap (gross property plant and
equipment) perusahaan tahun t
3.
Menghitung nondiscretionary
accruals model (NDA) adalah sebagai berikut:
NDAt = α1 (1/
At-1) + α2((ΔREVt –
ΔRECt) / At-1) +
α3(PPEt / At-1)
Dimana :
NDAt : nondiscretionary accruals pada tahun
t
REVt : perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun
t-1 ke tahun t
α
: fitted
coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total
accruals
4.
Menghitung discretionary
accruals DACt = (TACt
/ At-1)
– NDAt
Dimana :
DACt : discretionary accruals perusahaan i pada
periode t
3.1.2 Variabel
Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu ukuran KAP, auditor spesialisasi industri.
1.
Ukuran KAP
Ukuran KAP
didefinisikan sebagai ukuran
besar atau kecilnya
suatu
kantor akuntan
publik. KAP Big Four dikatakan besar karena KAP tersebut memiliki
keahlian dan reputasi yang tinggi dibandingkan dengan KAP Non-Big Four.
Sehingga KAP Big Four memberikan jaminan kualitas audit yang lebih baik
daripada KAP Non-Big Four (Amijaya, 2013).Ukuran KAP diukur dengan
menggunakan variabel dummy. Dimana untuk KAP yang berasal dari Big Four
diberikan nilai 1, dan KAP yang bukan berasal dari Big Four diberikan
nilai 0. Dalam penelitian ini ukuran KAP dilambangkan sebagai AUDSIZE.
2.
Auditor Spesialis Industri
Spesialisasi Industri KAP
pada penelitian ini diukur berdasarkan pengsa
pasarnya (market share),
yaitu suatu KAP di klasifikasikan sebagai spesialisasi
industri KAP apabila
memiliki pangsa pasar minimal 15% dalam satu industri, pangsa pasar disini
adalah proporsi dari total pendapatan perusahaan-perusahaan pada industri yang
sama yang diaudit oleh salah satu KAP dibandingkan dengan total pendapatan
seluruh perusahaan dalam industri yang sama yang diaudit oleh seluruh KAP.
Dalam penelitian ini, auditor spesialis industri selanjutnya simbolkan dengan
SPEC. Pengukuran variabel ini menggunakan variabel dummy, nilai 1 jika
perusahaan diaudit oleh auditor spesialis, dan 0 jika lainnya. Rumus untuk
mengukur rasio spesialisasi industri adalah sebagai berikut :
Dimana
:
SPEC
= Rasio spesialisasi industri
SALEijk
= Total penjualan perusahaan j pada industri k diaudit oleh
KAP i
i
= Indeks Kantor Akuntan Publik (KAP)
j
= Indeks Perusahaan (klien)
k
= Indeks Industri
Ik = Jumlah KAP di industri k
Jik =
jumlah perusahaan yang diaudit oleh auditor I pada industri k
3.
Debt to Asset
Debt to
asset merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset.
Selanjutnya variabel ini akan
dilambangkan dengan DAR di dalam persamaan.
Rasio debt to asset
dihitung sebagai berikut:
DAR
=
4.
Ukuran Perusahaan
Variabel ukuran perusahaan
akan diukur dengan menggunakan total aset
perusahaan.
Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan dengan SIZE di dalam persamaan.
SIZE = Total
Aset
3.2 Populasi
dan Sampel
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan-perusahaan sub-sektor aneka
industri yang sudah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dimuat dalam IDX
tahun 2010-2012. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling method, yaitu penentuan sampel atas dasar
kesesuaian karakteristik dan berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria pemilihan
sampel sebagai berikut :
1.
Emiten berada pada
industri aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2010-2012. Pemilihan industri aneka industri dikarenakan terdapat
perbedaan karakteristik antara perusahaan pada industri aneka industri dan
perusahaan industri lainnya.
2.
Perusahaan yang
menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit untuk periode yang berakhir 31
Desember tahun 2009-2012. Kriteria pemilihan laporan keuangan yang telah
diaudit dikarenakan laporan keuangan tersebut bisa dipertanggungjawabkan.
3.
Perusahaan aneka
industri listing di BEI selama 3 tahun berturut-turut dari tahun
2009-2012.
4.
Data-data mengenai
variabel yang akan diteliti tersedia dalam laporan keuangan tahunan yang
diterbitkan pada sejak tahun 2009-2012.
3.3. Jenis
dan Sumber Data
Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Sedangkan
berdasarkan sumber datanya, penelitian ini menggunakan data sekunder yang
diperoleh melalui Bursa Efek Indonesia yang terdapat pada situs resmi yaitu
website www.idx.co.id. Data yang dikumpulkan adalah data aneka industri periode
2010-2012 yang diperoleh dari catatan atas laporan keuangan dan Indonesia
Capital Market Directory (ICMD).
3.4. Metode
Pengumpulan Data
Data
dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi
pustaka dilakukan dengan mengolah literatur, artikel, jurnal maupun media
tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini.
Sedangan dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber data
dokumenter seperti laporan tahunan perusahaan yang menjadi sampel penelitian.
3.5. Metode
Analisis Data
Penelitian
ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan yang menyoroti pengaruh
variabel inependen terhadap, variabel dependen. Metode afialisis yang digunakan
adalah analisis regresi berganda. Pengolahan data menggunakan software Statistik
Product and Service Solution (SPSS) 21.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi
Obyek Penelitian
Penelitian
ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur sub sektor Aneka Industri yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2010-2012 yang diperoleh
dari website resmi BEI (www.idx.co.id) yang memiliki populasi sebanyak
41perusahaan. Sampel penelitian dipilih dengan purposive sampling
method, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya diperoleh
jumlah sampel sebanyak 37 yang didapat dari populasi yang berjumlah 41
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012
dengan data observasi sebanyak 111.
4.2 Analisis
Data
Analisis
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
|
N
|
Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
Std.
Deviation
|
|
|
|
|
|
|
DAC
|
111
|
-1.2117916
|
.5539497
|
-.073173787
|
.2582566373
|
AUDSIZE
|
111
|
0
|
1
|
.43
|
.498
|
SPEC
|
111
|
0
|
1
|
.19
|
.393
|
DAR
|
111
|
.18
|
5.03
|
.8095
|
.80806
|
SIZE
|
111
|
.13
|
1822.74
|
60.9024
|
246.56802
|
Valid N
(listwise)
|
111
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Data sekunder yang
diolah dengan SPSS 21
Berdasarkan
tabel statistik deskriptif diatas menunjukkan variabel discretionary
accruals (DAC) memiliki nilai minimum -1.2117916 dan nilai maksimum
0.5539497 dengan nilai nilai rata-rata sebesar -.073173787, sedangkan standar
deviasinya sebesar 0.2582566373.
Sedangkan
variabel kedua yaitu ukuran KAP (AUDSIZE) menunjukkan nilai minimum 0 dan nilai
maksimum 1. Nilai rata-rata (mean) dalam variabel ukuran KAP ini
menunjukkan angka 0.43 yang berarti bahwa 43% perusahaan sampel menggunakan
jasa KAP Big Four. Standar deviasinya adalah 0.498.
Pengukuran
statistik deskriptif selanjutnya yaitu pada variabel auditor spesialis industri
(SPEC) yang menunjukkan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Nilai rata-rata (mean)
dalam variabel auditor spesialis industri menunjukkan angka 0.19 yang berarti
bahwa 19% menggunakan auditor spesialis industri dalam mengaudit laporan.
Standar deviasinya adalah 0.393.
Selanjutnya
Variabel Debt to Assets (DAR) yang merupakan rasio antara total utang
dan total aset diperoleh nilai minimum 0.18 dan nilai maksimum 5.03. Sedangkan
nilai rata-ratanya menunjukkan angka 0,8095 dan standar deviasi untuk variabel
DAR adalah 0,80806. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) yang diukur dari total
aset (dalam ratusan miliar) menunjukkan nilai minimum .13 dan nilai maksimum
sebesar 1822.74, sedangkan nilai rata-ratanya sebesar 60.9024dan standar
deviasi 246.56802.
Untuk
mengetahui apakah perusahaan yang diteliti melakukan manajemen laba atau tidak
maka dapat dilihat dari nilai rata-rata variabel discretionary accrual (DAC)
sebesar -0.073173787 bernilai negatif dan signifikan dari 0
(-0.073173787<0), sehingga dapat diindikasikan bahwa perusahaan sampel yang
diteliti cenderung melakukan manajemen laba.
4.3 Uji
Asumsi Klasik
Uji
Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
|
|
Unstandardized
|
|
|
Residual
|
N
|
|
111
|
Normal Parametersa,b
|
Mean
|
.0000000
|
|
Std. Deviation
|
.23381621
|
|
Absolute
|
.097
|
Most
Extreme Differences
|
Positive
|
.060
|
|
Negative
|
-.097
|
Kolmogorov-Smirnov
Z
|
|
1.018
|
Asymp.
Sig. (2-tailed)
|
|
.251
|
a. Test
distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data yang diolah dengan SPSS 21
Dari
hasil pengujian normalitas dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov
menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.940 dan
tidak signifikan pada 0.251 karena lebih besar dari taraf signifikansi
5%(0.05). Hal ini berarti data residual terdistribusi normal dan model regresi
layak untuk dipakai dalam penelitian ini.
Uji
Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
|
Collinearity
Statistics
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Tolerance
|
VIF
|
|
|
(Constant)
|
|
|
|
1
|
SPEC
|
.590
|
1.695
|
|
AUDSIZE
|
.653
|
1.532
|
|
|
|
|
|||
|
DAR
|
.940
|
1.064
|
|
|
SIZE
|
.891
|
1.123
|
|
a.
Dependent Variable: DAC
Sumber : data yang diolah dengan SPSS21
Dari
hasil output di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari setiap
variabel independen lebih dari 0,10 dan nilai VIF dari setiap variabel
independen tidak lebih dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak
ada multikoloniaritas antar variabel independen dalam model regresi.
Uji
Heteroskedastisitas
Correlations
|
|
|
AUDSIZE
|
SPEC
|
DAR
|
SIZE
|
Unstandard
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ized
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Residual
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Spearman's
|
|
Correlation
|
1.000
|
.553**
|
-.274**
|
.381**
|
-.040
|
|
rho
|
AUDSIZE
|
Coefficient
|
|
|
|
|
|
|
|
Sig.
(2-tailed)
|
.
|
.000
|
.004
|
.000
|
.679
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
N
|
111
|
111
|
111
|
111
|
111
|
|
|
|
Correlation
|
.553**
|
1.000
|
-.171
|
.018
|
-.018
|
|
|
SPEC
|
Coefficient
|
|
|
|
|
|
|
|
Sig.
(2-tailed)
|
.000
|
.
|
.072
|
.852
|
.852
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
N
|
111
|
111
|
111
|
111
|
111
|
|
|
|
Correlation
|
-.274**
|
-.171
|
1.000
|
-.148
|
-.001
|
|
|
DAR
|
Coefficient
|
|
|
|
|
|
|
|
Sig.
(2-tailed)
|
.004
|
.072
|
.
|
.122
|
.992
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
N
|
111
|
111
|
111
|
111
|
111
|
|
|
|
Correlation
|
.381**
|
.018
|
-.148
|
1.000
|
-.050
|
|
|
SIZE
|
Coefficient
|
|
|
|
|
|
|
|
Sig. (2-tailed)
|
.000
|
.852
|
.122
|
.
|
.603
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
N
|
111
|
111
|
111
|
111
|
111
|
|
|
Unstandardi
|
Correlation
|
-.040
|
-.018
|
-.001
|
-.050
|
1.000
|
|
|
Coefficient
|
|
|
|
|
|
|
|
|
zed
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sig.
(2-tailed)
|
.679
|
.852
|
.992
|
.603
|
.
|
|
|
|
Residual
|
|
||||||
|
N
|
111
|
111
|
111
|
111
|
111
|
|
|
|
|
|
*. Correlation is significant at the 0.05 level
(2-tailed).
**.
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : data yang diolah dengan SPSS 21
Dari
hasil diatas dapat diketahui bahwa model regresi bebas dari masalah
heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi (2-tailed)
variabel independen ukuran KAP (AUDSIZE), auditor spesialis industri (SPEC), Debt
to Assets (DAR) dan ukuran perusahaan (SIZE) lebih besar dari
tingkat signifikansi sebesar 0,05.
Uji
Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1.862
a. Predictors: (Constant), SIZE, DAR, SPEC, AUDSIZE
b.
Dependent Variable: DAC
Sumber : data yang diolah dengan SPSS 21
Dari
pengujian autokorelasi diatas diperoleh nilai Durbin-Watson hitung sebesar
1.862 (du = 1.7657; 4 – du = 2.2343). Hal ini berarti model
regresi di atas tidak terdapat masalah autokorelasi ditunjukkan dengan angka
Durbin-Watson berada di antara du tabel dan (4-du tabel), oleh karena itu model
regresi ini dinyatakan layak untuk dipakai. Hasil analisis tersebut dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Autokorelasi
|
|
Daerah
|
|
Tidak
|
|
ada
|
Daerah
|
|
Autokorelasi
|
|
Positif
|
|
Ragu-ragu
|
|
Autokorelasi
|
|
Ragu-ragu
|
|
Negatif
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0
|
dL
|
du
|
dw
|
4-du
|
4-dL
|
4
|
||||
1.6167
|
1.7657
|
1.862
|
2.2343
|
2.3833
|
|
Dari
gambar dapat dilihat bahwa nilai D-W statistik berada di daerah bebas
autokorelasi. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
autokorelasi dalam model regresi.
4.4
|
Pengujian
Hipotesis
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
Uji Koefisien Determinasi ( R
|
)
|
||||
|
|
Model Summaryb
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Model
|
R
|
R
Square
|
Adjusted
|
R
|
|
Std.
Error of the
|
|
|
|
|
|
Square
|
|
|
Estimate
|
|
|
1
|
.389a
|
.151
|
.119
|
|
|
.2423863300
|
a.
Predictors: (Constant), SIZE, DAR, SPEC, AUDSIZE
b. Dependent Variable: DAC
Sumber : data yang diolah
dengan SPSS 21
2
Dari
tabel diatas dapat diketahui bahwa Adjusted R Square (R ) adalah 0.149.
Hal ini berarti bahwa 11.9% variabel manajemen laba (discretionary accruals)
dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu ukuran KAP, auditor spesialisasi
industri, Debt to Equity dan ukuran perusahaan. Sedangkan sisanya
sebesar 88.1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang dianalisis.
Uji
Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAa
Model
|
|
Sum of
Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
Regression
|
1.109
|
4
|
.277
|
4.719
|
.002b
|
1
|
Residual
|
6.228
|
106
|
.059
|
|
|
|
Total
|
7.337
|
110
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
Dependent Variable: DAC
b. Predictors: (Constant), SIZE, DAR, SPEC,
AUDSIZE
Sumber : data yang diolah
dengan SPSS 21
Dari
Tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa model persamaan ini memiliki tingkat
signifikansi, yaitu 0,002 lebih kecil dibandingkan taraf
signifikansi α
(0,05) dan memiliki Fhitung
5.830 lebih besar dari Ftabel
2.64, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen dalam model
penelitian ini
secara simultan berpengaruh
terhadap manajemen laba .
Uji Parsial
(T Test)
Coefficientsa
Model
|
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
|
t
|
Sig.
|
|
||
|
|
|
|
|
Coefficients
|
|
|
|
|
|
B
|
|
Std.
Error
|
Beta
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
(Constant)
|
.004
|
|
.042
|
|
.085
|
.932
|
|
|
AUDSIZE
|
.028
|
|
.060
|
.053
|
.458
|
.648
|
|
1
|
SPEC
|
-.041
|
|
.073
|
-.062
|
-.558
|
.578
|
|
|
DAR
|
-.110
|
|
.029
|
-.343
|
-3.718
|
.000
|
|
|
SIZE
|
0.000127
|
|
.000
|
.121
|
1.281
|
.203
|
|
a. Dependent Variable: DAC
Sumber
: data yang diolah dengan SPSS
Dari
tabel diaas menunjukkan variabel ukuran KAP memiliki thitung
sebesar 0.458 dan nilai sig sebesar 0.648 Nilai sig sebesar 0.648>0,05
berarti
variabel ukuran KAP
tidak signifikan pada level 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran
KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. sehingga “H1a: Ukuran
KAP berpengaruh terhadap manajemen laba” ditolak. hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Pradhana dan Rudiwarni (2009) yang
menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen
laba, hal ini dikarenakan baik auditor Big Four maupun auditor non Big
Four yang mengaudit suatu laporan keuangan, hasil auditnya tidak jauh
berbeda. Laporan keuangan yang di audit auditor Big Four, tidak menjamin
hasil audit yang lebih berkualitas dibandingkan dengan hasil audit dari auditor
non Big Four. Hal ini menunjukkan bahwa auditor Big Four belum
tentu memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan auditor Non Big
Four.
Variabel
auditor spesialisasi industri memiliki nilai thitung
sebesar -0.558 dengan nilai sig 0.578. Nilai sig sebesar 0.578<0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel auditor spesialisasi industri tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Oleh karena itu, “H1b:
auditor spesialis industri berpengaruh terhadap manajemen laba” ditolak.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Luhgiatno (2010) yang
menyatakan bahwa auditor spesialisasi industri tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Meskipun auditor spesialisasi industri tersebut
diyakini sebagai pihak yang ahli dalam bidang industri tertentu, namun hal
tersebut tidak bisa dijadikan sebagai pengendalian terjadinya praktik manajemen
laba yang dilakukan oleh perusahaan, karena auditor spesialisasi industri
belumtentu memiliki kemampuan lebih baik untuk mendeteksi adanya manajemen laba
dibanding auditor Non-spesialisasi industri.
.
Nilai
thitung untuk variabel DAR
sebesar -3.718 dan nilai sig sebesar 0,000. Nili sig sebesar 0,000>0,05
sehingga variabel DAR berpengaruh signifikan
terhadap manajemen
laba. Oleh karena itu, “H2: Debt to Assets berpengaruh terhadap
manajemen laba” diterima. Hal ini konsisten dengan pernyataan Ardison
(2012) yang menyatakan leverage membatasi perilaku oportunistik manajer
karena alasan berikut: (1) karena keharusan untuk membayar utang mengurangi
jumlah kas yang tersedia bagi manajer untuk berinvestasi pada proyek yang tidak
memberi nilai tambah pada perusahaan. (2) Ketika perusahaan memiliki leverage
yang tinggi, ia harus menghadapi pengawasan ketat dari pemberi pinjaman dan
pengeluaran seringkali dibatasi karena pengawasan dari pemberi pinjaman,
sehingga mengurangi perilaku oportunistik manajer untuk
elakukan manajemen
laba. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Widyaningdyah (2001) yang
menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap
manajemen laba.
Variabel
ukuran perusahaan memiliki nilai thitung
sebesar 1.281 dan nilai sig sebesar 0.203. Nilai sig sebesar 0.203>0.05 maka
ukuran perusahaan tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap manajemen laba. Oleh karena itu, “H3: ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap manajemen laba” ditolak. Penelitian ini
konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Rachadi (2009) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya perusahaan tidak
memiliki pengaruh terhadap adanya pengelolaan laba yang dilakukan oleh
manajemen.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.
Dari hasil pengujian
regresi menunjukkan bahwa kualitas audit dengan proksi ukuran KAP tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
2.
Dari hasil pengujian
regresi menunjukkan bahwa kualitas audit dengan proksi auditor spesialis
industri tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
3.
Dari hasil pengujian
regresi menunjukkan bahwa Debt to Assets berpengaruh secara signifikan
terhadap manajemen laba
4.
Dari hasil pengujian
regresi menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap manajemen laba.
5.2 Saran
Terdapat
beberapa keterbatasan yang kemungkinan dapat berpengaruh terhadap hasil
penelitian ini. Maka dari itu dapat diberikan saran-saran untuk penelitian
selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
1.
Penelitian ini hanya
menggunakan sampel perusahaan manufaktur sektor aneka industri dengan periode
penelitian hanya 3 tahun. Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel
dan periode penelitian agar diperoleh hasil yang lebih baik.
2.
Penelitian ini hanya
menggunakan 4 variabel independen dengan Adjusted
2
R hanya
0,119. Sehingga ada faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap
manajemen laba. Dalam penelitian selanjutnya dapat menambahkan variable
independen lainya yang mungkin lebih berpengaruh terhadap manajemen laba.
3.
penelitian ini hanya
menggunakan satu model untuk mengindikasi manajemen laba. Sehingga diharapkan
pada penelitian selanjutnya dapat menambah model lainya sebagai pembanding
sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amijaya,
MW. dan Prastiwi, Andri. 2013.” Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen
Laba”. Diponegoro Journal of Accounting. Vol 2 No 3, Hal 4
Atmajaya,
Lukas Setia. 2009.” Statistika Untuk Bisnis Dan Ekonomi”. Andi, Yogyakarta.
DeAngelo,
L.E. 1981. “Auditor Size and audit quality”. Journal of Accounting and
Economics, Vol. 3, No. 3, pp. 183-199
Fahmi, Irham. 2012.”Analisis
Laporan Keuangan”. Bandung: Alfabeta.
Gerayli,
M.S., Yanesari, A.M., dan Ma’atoofi, A.R. 2011. “Impact of Audit Quality
on Earning Management : Evidence from Iran”. International Research
journal of Finance and Economics.
Healy,
Paul M.
dan Wahlen, James M. 1999. “A Review of the Earnings Management
Literature and Its Implications for Standard Setting”. Accounting
Horizons : December 1999, Vol. 13, No. 4, pp. 365-383.
Indriani,
Yohana. 2010. “ Pengaruh Kualitas Auditor, Corporate Governance, Leverage
dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen Laba”. Skripsi. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Jensen,
Michael C. and William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics Vol. 3, No. 4, pp. 305-360
Mulyadi,
2002.”Auditing”. Buku Dua. Edisi Ke Enam. Salemba Empat. Jakarta.
Naftalia,
Veliandina Chivan. 2013.”Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba
Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi”. Skripsi. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Ningsaptiti,
Restie. 2010. “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate
Governance terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2006-2008)”. Skripsi
: Universitas Diponegoro, Semarang.
Nini.
dan Trisnawati, E. 2009. “Pengaruh Independensi Auditor pada KAP Big Four
Terhadap Manajemen Laba pada Industri Bahan Dasar, Kimia
dan
Industri Barang Konsumsi”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 11 No.3.
hal. 175-188
Pamudji,
Sugeng dan Trihartati, Aprillya. 2009. “Pengaruh
Independensi dan Efektifitas Komite Audit Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal
Akuntansi dan auditing. Vol 6 No 1
Pradhana,
SW dan Rudiawarni FA. 2013. “Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Earnings
Management pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Go Public di BEI
Periode 2008-2010”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 2
No.1
Ardison,
K.M., Martinez, A.L., dan Galdi, F.C. 2012. “The Effect of Leverage on Earnings
Management in Brazil”.Advances in Scientific and Applied
Accounting Vol.5, No.3. Hal: 305-324.
Rahmadika,
Nurina. 2011. “Pengaruh Kualitas Auditor terhadap Manajemen Laba (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2008-2009)”. Skripsi. : Universitas Diponegoro. Semarang.
Setiawan dan Kusrini, Dwi
Endah. 2010.”Ekonometrika”. Andi, Yogyakarta.
Setiawati,
Lilis. 2002. “Manajemen Laba dan IPO di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi
Manajemen. Vol. 13 No.3
Sulistyanto, H. Sri. 2008. “Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris”.
Grasindo, Jakarta.
Sunarto.
2009. “Teori Keagenan dan Manajemen Laba”. Kajian Akuntansi. Vol. 1 No.
1. Hal: 13 – 28
Trisnawati,
Ratna. 2009.”Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba Dengan Variabel
Pemoderasi Arus Kas Bebas pada Perusahaan Manufaktur Publik yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Sumber : jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity.../1.../manajemen_laba_jurnal.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar