Senin, 21 Desember 2015

Tulisan 6 : Pengemis dan Kaitannya dengan Perekonomian

KAITAN KEMISKINAN DENGAN PEREKONOMIAN

Kemiskinan merupakan suatu ketidaksanggupan seseorang untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dan keperluan-keperluan materialnya (Oscar, dalam Suparlan, 1984). Dalam proses dinamikanya, budaya kemiskinan ini selanjutnya menjadi kondisi yang memperkuat kemiskinan itu sendiri. Keadaan tersebut di atas memberikan indikasi bahwa kemiskinan merupakan penyebab dan sekaligus dampak, dimana masing-masing faktor penyebab sekaligus dampak untuk dan dari faktor-faktor lainnya atau penyebab sirkuler (Rajab, 1996). Sementara itu, Harris (1984) mengatakan bahwa kemiskinan disebabkan karena keterbatasan faktor-faktor geografis (daerahnya terpencil atau terisolasi, dan terbatasanya prasarana dan sarana), ekologi (keadaan sumber daya tanah/lahan, dan air serta cuaca yang tidak mendukung), teknologi (kesederhanaan sistem teknologi untuk berproduksi), dan pertumbuhan penduduk yang tinggi dibandingkan dengan tingkat penghasilannya. Chambers (1983) mengemukakan bahwa sebenarnya orang-orang miskin tidaklah malas, fatalistik, boros, dungu dan bodoh, tetapi mereka sebenarnya adalah pekerja keras, cerdik dan ulet. Argumennya dilandasi bahwa mereka memiliki sifat-sifat tersebut karena untuk dapat mempertahankan hidupnya dan melepaskan diri dari belenggu rantai kemiskinan.

PENGARUH KEMISKINAN TERHADAP PEREKONOMIAN

Kemiskan merupakan permasalahan turun menurun dari masa ke masa kepemimpinan pemimpin Indonesia.kemiskinan merupakan redahnya tingkat penghasilan yang didapatkan oleh seseorang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara baik.di Indonesia mengukur tingkat kemiskinan sesuai dengan criteria yang telah di tentukan Badan Pusat Statistik (BPS). BPS menentukan kriteria kemiskinan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs). Berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar, ada 3 indikator kemiskinan yang digunakan, yaitu (1) Headcount Index, (2) indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index). (3) indeks keparahan kemiskinan (Poverty SeverityIndex). berdasarkan data BPS Jumlah penduduk  miskin di Indonesia pada Maret 2010 sebesar 31,02 juta orang (13,33 %). 
 Sen (1995) menyatakan bahwa “kemiskinan jangan dianggap hanya sebagai pendapatan rendah (low income), tetapi harus dianggap sebagai ketidakmampuan kapabilitas (capability handicap)”. Menurut Chambers dalam Nanga (2006),“kemiskinan terutama di daerah pedesaan (rural poverty) adalah masalah ketidakberdayaan (powerlessness), keterisolasian (isolation), kerentanan (vulnarability) dan kelemahan fisik (physical weakness), dimana satu sama lain saling terkait dan mempengaruhi. Namun demikian, kemiskinan merupakan faktor penentu yang memiliki pengaruh paling kuat dari pada yang lainnya”.kemiskinan bukanlah permasalahan yang sepele karna kemiskinan tidak apat diukur dengan pendapatan saja karna pendapatan itu sewaktu waktu akan berubah,seharusnya pemerintah harus lebih memperhatikan permasalahan kemiskinan agar tingkat kemiskinan tidak selalu meningkat tiap tahunya.seharusnya pemerintah membuat suatu kebijakan untuk mengatasi kemiskinan banyak para ahli berpendapat bagaimana cara yang sangat tepat untuk mengatasi tingkat penganguran salah satunya yaitu menurut
Perry et al.,(2006) berpendapat: “pertumbuhan ekonomi penting untuk pengentasan kemiskinan. Manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang cepat akan menyebar ke seluruh segmen dalam masyarakat”. Pandangan ini berdasarkan pada teori Trickle Down yang sangat dominan dalam teori-teori pembangunan pada era 1950 an dan 1960 an. TeoriTrickle Down Effect menyebutkan adanya aliran menetes ke bawah, dari kelompok kaya ke kelompok miskin melalui fungsi-fungsi dalam ekonomi. Octaviani (2001):“Penelitian tentang pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia dengan pendekatan analisis Indeks Forrester Greer & Horbecke”, Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kenaikan angka pengangguran mengakibatkan peningkatan atas angka kemiskinan, sebaliknya semakin kecil angka pengangguran akan menyebabkan semakin rendahnya tingkat kemiskinan di Indonesia”. Sementara Sasana (2009):“Penelitian ini menganalisa penyerapan tenaga kerja, penduduk miskin dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini dilakukan di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2001-2005, tenaga kerja terserap berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat”.  Banyak sekali permasalahan permasalahan baru yang berakar dari permasalahan kemiskinan salah satunya itu permasalahan kriminalitas,gepeng atau pengemis,PSK,banyaknya anak putus sekolah,banyak anak anak dibawah umur yang sudah bekerja dengan cara mengemis dan hampir 90% alasan mereka mengemis karna factor ekonomi.untuk mengurangi tingkat kemiskinan pemerintah harus meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi,menciptakan lapangan pekerjaan,pemusatan kebijakan social ekonomi dan menciptakan kebijakan pengurang kemiskinan sesuai dengan keadaan yang terjadi.
Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1995) pola kemiskinan ada empat yaitu, Pertama adalah persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun. Pola kedua adalah cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara keseluruhan. Pola ketiga adalah seasonal poverty, yaitu kemiskinan musiman seperti dijumpai pada kasus nelayan dan petani tanaman pangan. Pola keempat adalahaccidental poverty, yaitu kemiskinan karena terjadinya bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar