KAITAN
KEMISKINAN DENGAN PEREKONOMIAN
Kemiskinan
merupakan suatu ketidaksanggupan seseorang untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
dan keperluan-keperluan materialnya (Oscar, dalam Suparlan, 1984). Dalam proses
dinamikanya, budaya kemiskinan ini selanjutnya menjadi kondisi yang memperkuat
kemiskinan itu sendiri. Keadaan tersebut di atas memberikan indikasi bahwa
kemiskinan merupakan penyebab dan sekaligus dampak, dimana masing-masing faktor
penyebab sekaligus dampak untuk dan dari faktor-faktor lainnya atau penyebab
sirkuler (Rajab, 1996). Sementara itu, Harris (1984) mengatakan bahwa
kemiskinan disebabkan karena keterbatasan faktor-faktor geografis (daerahnya terpencil
atau terisolasi, dan terbatasanya prasarana dan sarana), ekologi (keadaan
sumber daya tanah/lahan, dan air serta cuaca yang tidak mendukung), teknologi
(kesederhanaan sistem teknologi untuk berproduksi), dan pertumbuhan penduduk
yang tinggi dibandingkan dengan tingkat penghasilannya. Chambers (1983)
mengemukakan bahwa sebenarnya orang-orang miskin tidaklah malas, fatalistik,
boros, dungu dan bodoh, tetapi mereka sebenarnya adalah pekerja keras, cerdik
dan ulet. Argumennya dilandasi bahwa mereka memiliki sifat-sifat tersebut
karena untuk dapat mempertahankan hidupnya dan melepaskan diri dari belenggu
rantai kemiskinan.
PENGARUH KEMISKINAN
TERHADAP PEREKONOMIAN
Kemiskan merupakan
permasalahan turun menurun dari masa ke masa kepemimpinan pemimpin
Indonesia.kemiskinan merupakan redahnya tingkat penghasilan yang didapatkan
oleh seseorang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara baik.di
Indonesia mengukur tingkat kemiskinan sesuai dengan criteria yang telah di
tentukan Badan Pusat Statistik (BPS). BPS menentukan kriteria kemiskinan
menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs). Berdasarkan
pendekatan kebutuhan dasar, ada 3 indikator kemiskinan yang digunakan, yaitu
(1) Headcount Index, (2) indeks kedalaman kemiskinan (Poverty
Gap Index). (3) indeks keparahan kemiskinan (Poverty SeverityIndex).
berdasarkan data BPS Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada
Maret 2010 sebesar 31,02 juta orang (13,33 %).
Sen (1995) menyatakan
bahwa “kemiskinan jangan dianggap hanya sebagai pendapatan rendah (low
income), tetapi harus dianggap sebagai ketidakmampuan kapabilitas (capability
handicap)”. Menurut Chambers dalam Nanga (2006),“kemiskinan
terutama di daerah pedesaan (rural poverty) adalah masalah
ketidakberdayaan (powerlessness), keterisolasian (isolation),
kerentanan (vulnarability) dan kelemahan fisik (physical weakness),
dimana satu sama lain saling terkait dan mempengaruhi. Namun demikian,
kemiskinan merupakan faktor penentu yang memiliki pengaruh paling kuat dari
pada yang lainnya”.kemiskinan bukanlah permasalahan yang sepele karna
kemiskinan tidak apat diukur dengan pendapatan saja karna pendapatan itu
sewaktu waktu akan berubah,seharusnya pemerintah harus lebih memperhatikan
permasalahan kemiskinan agar tingkat kemiskinan tidak selalu meningkat tiap
tahunya.seharusnya pemerintah membuat suatu kebijakan untuk mengatasi
kemiskinan banyak para ahli berpendapat bagaimana cara yang sangat tepat untuk
mengatasi tingkat penganguran salah satunya yaitu menurut
Perry et al.,(2006) berpendapat: “pertumbuhan ekonomi penting
untuk pengentasan kemiskinan. Manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang cepat akan
menyebar ke seluruh segmen dalam masyarakat”. Pandangan ini berdasarkan pada
teori Trickle Down yang sangat dominan dalam teori-teori pembangunan
pada era 1950 an dan 1960 an. TeoriTrickle Down Effect menyebutkan
adanya aliran menetes ke bawah, dari kelompok kaya ke kelompok miskin melalui
fungsi-fungsi dalam ekonomi. Octaviani (2001):“Penelitian tentang
pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia dengan
pendekatan analisis Indeks Forrester Greer & Horbecke”, Hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa kenaikan angka pengangguran mengakibatkan peningkatan atas
angka kemiskinan, sebaliknya semakin kecil angka pengangguran akan menyebabkan
semakin rendahnya tingkat kemiskinan di Indonesia”. Sementara Sasana
(2009):“Penelitian ini menganalisa penyerapan tenaga kerja, penduduk miskin
dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini dilakukan di kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2001-2005, tenaga kerja terserap berpengaruh
signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap kesejahteraan
masyarakat”. Banyak sekali permasalahan permasalahan baru yang
berakar dari permasalahan kemiskinan salah satunya itu permasalahan kriminalitas,gepeng
atau pengemis,PSK,banyaknya anak putus sekolah,banyak anak anak dibawah umur
yang sudah bekerja dengan cara mengemis dan hampir 90% alasan mereka mengemis
karna factor ekonomi.untuk mengurangi tingkat kemiskinan pemerintah harus
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi,menciptakan lapangan pekerjaan,pemusatan
kebijakan social ekonomi dan menciptakan kebijakan pengurang kemiskinan sesuai
dengan keadaan yang terjadi.
Menurut Sumitro
Djojohadikusumo (1995) pola kemiskinan ada empat yaitu, Pertama adalah persistent
poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun. Pola kedua
adalah cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang
mengikuti pola siklus ekonomi secara keseluruhan. Pola ketiga adalah seasonal poverty,
yaitu kemiskinan musiman seperti dijumpai pada kasus nelayan dan petani tanaman
pangan. Pola keempat adalahaccidental poverty, yaitu kemiskinan karena
terjadinya bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang
menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar