Senin, 21 Desember 2015

Tulisan 7 : Pengamen dan Kaitannya dengan Perekonomian

Kaitan pengamen ke dalam kegiatan perekonomian

Pengamen atau sering disebut pula sebagai penyanyi jalanan (Inggrisstreet singers), sementara musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai Musik Jalanan. Pengertian antara musik jalanan dengan penyanyi jalanan secara terminologi tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan penyanyi jalanan masing-masing mempunyaidisiplin dan pengertian yang spesifik bahkan dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah warna musik yang berkembang di dunia kesenian.
Perkembangan pengamen telah ada sejak abad pertengahan terutama di Eropa bahkan di kota lama London terdapat jalan bersejarah bagi pengamen yang berada di Islington, London, pada saat itu musik di Eropa berkembang sejalan dengan penyebaran musik keagamaan yang kemudian dalam perkembangannya beberapa pengamen merupakan sebagai salah-satu landasan kebudayaan yang berpengaruh dalam kehidupan umat manusia.
Tokoh penting dalam dunia pengamen di Indonesia antara lain adalah Harry Roesli

Pengamen yang terkenal
Inggris
·                     The Beatles
Amerika Serikat
·                     Bob Dylan
Indonesia
·                     Braga Stone
·                     Gombloh
·                     Iwan Fals
·                     Klantink
·                     Kuntet Mangkulangit
·                     Leo Kristi
·                     Mbah Surip
·                     Slank
·                     Sujud Sutrisno
·                     Tegar Septian
Rasanya, kehidupan di Jakarta, juga kota-kota lainnya di Indonesia tak pernah lepas dari kejaran untuk bertahan hidup. Tiap warga, terlebih mereka yang kecil, serasa dipaksa untuk melakukan apapun untuk menyambung hidup.
Kota Jakarta, sebuah kota angkuh yang katanya tak pernah tidur, menampilkan dirinya dalam berbagai wajah. Salah satu wajahnya adalah kehidupan jalanannya yang sesekali hangar-bingar, sesekali sunyi senyap. Wajah yang penuh gejolak. Wajah yang penuh ketegangan, juga sendu penuh romansa.
Pada wajah ini, sesekali kita menyaksikan kehidupan jalanan yang diperankan para sopir dan kenek angkot, preman-preman, pengasong rokok, makanan, minuman, pemulung dan pekerja serabutan, hingga pengemis dan pengamen. Dan yang terakhir disebut ini amat fenomenal. Kehadirannya yang sesekali mengganggu, meresahkan, sekaligus menghibur dan dibutuhkan.
Pengamen sudah menghiasi sudut-sudut jalanan ibukota sejak lama. Mereka bak cendawan yang tumbuh subur musim penghujan. Tanpa dirawat pun mereka bertumbuh dan berdiri sendiri. Kalau cendawan ada karena kondisi yang lembab, pengamen ada karena kondisi masyarakat yang sembab. Kehadiran mereka seakan mewakili para warga yang dimarjinalkan tadi, memerankan lakon kegetiran anak manusia yang berjuang hidup di ibu kota.
Pengamen yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja di jalan atau disebut juga dengan Childre On The Street, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalan diberikan kepada orang tuanya (Soedijar, 1984; Sanusi,1995). Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya dengan cara bekerja sebagai pengamen dijalanan yang dikategorikan kepada jenis pengamen jalanan pemalak / penebar teror.

Faktor-faktor penyebab keberadaan pengamen dijalanan yaitu :
1.      Faktor Internal
Faktor yang mempengaruhi keberadaan pengamen dijalanan secara interen meliputi: adanya rasa malas, tidak mau bekerja keras, cacat fisik dan psikis, adanya kemandirian hidup untuk tidak bergantung kepada orang lain.
2.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dimaksudkan di sini adalah keadaan yang mendorong seorang menjadi pengamen yang berasal dari luar diri pengamen itu sendiri, yaitu meliputi :
a.       Faktor ekonomi
Pengamen dihadapkan kepada kemiskinan keluarga dan sempitnya lapangan pekerjaan yang ada.
b.      Faktor pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan dan tidak memiliki keterampilan kerja.

Jika dikaitkan dengan kegiatan ekonomi, maka kegiatan ngamen juga ada yang memang menggantungkan hidupnya kepada kegiatan ini akibat susahnya mendapatkan pekerjaan yang layak di kota-kota besar, namun tidak dipungkiri juga ada juga pengamen yang menyatakan dirinya sebagai pengungkapan ekspresi belaka. Meskipun demikian, namun imej di masyarakat pengamen selama ini dianggap sebagai orang yang tidak punya pekerjaan, kualitas rendah dan mengandalkan kenekatan belaka karena tidak ada pilihan lain. Bahkan pengamen sering dianggap sebagai pengemis hingga orang brengsek.
Saya pernah mendengar rekaman seorang pengamen dari Yogya yang bernama Sujud yang hanya menggunakan satu buah kendang dua sisi sebagai musik pengiring nyanyiannya. Namun jika kita analisis kemampuannya mengolah kata-kata atau syair-syair yang ia kumandangkan benar-benar sangat professional sekali. Bahkan oleh Sapto Rahardjo (seorang pemusik kontemporer Indonesia) pernah dibawa dalam sebuah ajang festival musik internasional yang diikuti oleh pemusik Australia, Amerika, Inggris pada tahun 1997 di daerah Ancol Jakarta Utara. Demikian juga di Bandung pernah ada seorang pengamen yang sangat terkenal yang hanya bermodalkan kacapi Sunda diatonis, yang dikenak dengan nama Braga Stone (terinspirasi lagu-lagu dari kelompok musik Rolling Stone, karena tempat mangkal ngamennya di Lapangan Braga di Bandung, maka dikenal dengan Braga Stone). Dengan alat musik tradisional kacapi Braga Stone mampu membawakan lagu-lagu Barat dengan baik. Dua contoh pengamen ini benar-benar mengelola dirinya sebagai pengamen, bahkan rekaman mereka ngamen juga sering dijadikan sebagai bahan kajian di siara radio. Seperti Pak Sujud, tidak jarang dia selalu diundang (nanggap) ke pesta-pesta perkawinan dengan bayaran tertentu. Jika tidak ada tanggapan maka dia mengamen dari satu rumah ke rumah. Ini memperlihatkan contoh adanya pengamen yang menggantungkan ekonomi keluarganya dari kegiatan mengamen.
Karena bagi sebagian orang kegiatan mengamen menjadi tiang penyangga utama hidupnya, maka banyak pengamen yang benar-benar serius mengelolanya, sehingga kegiatan tersebut benar-benar menjadi sumber uang yang terutama bagi ekonomi keluarganya. Namun tidak sedikit juga pengamen yang menggunakan penghasilannya dengan poya-poya. Fenomena ini semuanya menarik dijadikan sebagai bahan kajian dari berbagai disiplin ilmu, termasuk musik, karena kegiatan utama pengamen pada dasarnya adalah bermain musik. Mungkin bisa lebih difokuskan kepada seni pertunjukan, khususnya dari sisi manajemennya.

Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar